Jumat, 20 Januari 2012

Seorang Dokter Masuk Islam Karena Mumi Fir'aun

Pada kesempatan kali ini, setelah dalam kurun waktu dua minggu saya tidak memposting sebuah artikel pun, hari ini saya akan menuliskan sebuah artikel yang bisa digunakan sebagai bahan renungan yang amat sangat berharga bagi kita seorang muslim. 


Langsung aja, check this out.....




Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah terkemuka di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat menakjubkan. Ia menjelaskan penyebab dirinya meninggalkan agama Katolik yang telah di anutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama Islam.


Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia memilih untuk mengambil jurusan kedokteran pada sebuah Univertsitas di Prancis. Ia termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun karena kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya. Yang akhirnya membawa dia menjadi seorang dokter terkemuka di Prancis.


Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan mementingkan barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang lainnya. Terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981.


Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar mereka diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir'aunnya yang terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam. Fir'aun ini adalah orang yang ditenggelamkan Allah dilaut merah, tatkala melakukan pengejaran terhadap nabi Musa AS. Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan Prancis untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir'aun dipindahkan dengan menggunakan pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah dia masih hidup.






Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang kuno milik Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah supaya mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan Profesor Professor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim penelitian. Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki tulang-tulang yang sudah rusak, dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki tentang rahasia kematian Fir'aun.


Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya bahwa terdapat bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan sebuah bukti yang nyata bahwa Fir'aun mati karena tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian.


Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang susah untuk ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir'aun dapat diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya? Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang temannya berbisik kepadanya dengan berkata: "Jangan terburu-buru seperti itu, karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini." Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras atas pernyataan tersebut. Ia berkata: "Penemuan seperti ini tidak mungkin dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih". Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya berkata: "Al-Quran merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana jasadnya di selamatkan dari tenggelam." Mendengar penjelasan temannya itu, Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi? Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898 atau kurang lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Quran mereka sudah ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun....!!!



Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua manusia -bukan hannya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui bagaimana peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya mereka mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu?

Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir'aun tersebut sambil memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya; bahwasanya Al-Quran telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab sucinya hanya menceritakan tentang tenggelamnya Fir'aun akan tetapi di dalamnya tidak di jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun bergumam dalam kesendiriannya: "Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah Fir'aun Mesir yang telah mengusir Nabi Musa? Benarkah kalau Nabinya orang muslim yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400 tahun yang silam?

Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat Professor Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan: "Kemudian air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut itupun menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir'aun dan bala tentaranya, hingga tidak tersisa satupun diantara mereka."

Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi tersebut kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang berkedudukan seperti Fir'aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi belum puas dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam telah mengetahui keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk berkunjung ke Saudi Arabia guna menghadiri seminar kedokteran yang akan dihadiri para pakar bedah muslim.
Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan tentang hasil penyelidikannya bahwa jasad Fir'aun dapat diselamatkan setelah tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan membuka serta membacakan mushaf pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya:"Pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan pelajaran bagi orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami."

Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan yang baru saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan suara lantang ia berkata: "Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk agama Islam dan aku mengimani Al-Quran ini".

Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu kembali ke Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan yang lain, selaian mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan kesinambungan Al-Quran dengan sains, serta perbedaan yang bertolak belakang dengannya. Namun apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana Firman Allah SWT: "Yang tidak datang kepada Al-Quran kebatilan baik dari belakang maupun dari depannya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi terpuji" (Q.S: Fush Shilat-43).

Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian menulis sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar-pakar dan para ilmuwan barat berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa.



Bucaille dalam bukunya menulis bahwa dalam Al Qur'an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah:

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan." [QS 27:88]
Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur'an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur'an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir'an hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu" [QS 10:92]
Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir'aun yang menunjukkan bahwa Fir'aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir'aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini.


Dari artikel ini telah begitu jelas betapa kekuasaan Allah sangatlah besar. Jadi kesimpulannya, "Jangan pernah ragu akan kekuasaan Allah swt karena sesungguhnya Allah ada dan selalu memberikan hidayah kepada kita untuk kembali ke jalan yang benar"

Senin, 09 Januari 2012

Biografi Amien Rais

Tak terasa sudah lama saya nggak ngepost di blog ini sampai-sampai hampir lupa password buat login ke blog ini hahaha. Sebenarnya sih saya sudah menyiapkan bahan artikel selanjutnya, namun menurut hemat saya jika artikel tersebut di postkan sekarang akan lebih terkesan basi atau sudah tidak hangat lagi.

Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali blog saya ini, akhirnya muncul sebuah ide dari saya untuk menuliskan biografi salah satu Tokoh Nasional yang menjadi salah satu sumber inspirasi saya dalam menjalani kehidupan. Beliau adalah Bapak Amien Rais yang lebih dikenal sebagai Bapak Reformasi.




Nama Amien Rais melejit dalam jagad perpolitikan Indonesia menjelang lahirnya gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa di tahun 1998. Amien Rais dikenal sebagai tokoh penggagas reformasi Indonesia sekaligus tokoh yang dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah pada masa Presiden Soeharto. Amein Rais lahir di Solo Jawa Tengah 26 April 1944 dan dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri.

Pak Amien adalah pribadi yang sederhana, taat agama, dan patuh terhadap orang tua. Hal ini dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari Pak Amien yang mengikuti sunnah Rasul yakni berpuasa hari ini dan keesokan harinya tidak dan seterusnya berulang sampai sekarang. Ia juga saya katakan sebagai pribadi yang sangat patuh terhadap orang tua karena sejak kecil Pak Amien selalu menuruti keinginan sang bunda baik saat menentukan jurusan untuk melanjutkan kuliah maupun ketika ia ditawarkan untuk menjadi Presiden RI menggantikan Prof.BJ.Habibie. 

Sejak lulus sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1969), belajar diberbagai negara dan baru kembali tahun 1984 dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat. 

Setelah kembali ke Indonesia, Amien kembali ke almamaternya yaitu Universitas Gadjah Mada sebagai dosen dan guru besar fakultas Ilmu Sosial Politik. Amien Rais Juga aktif di Muhammadiyah, bahkan pernah menjabat sebagai ketua umum. Organisasi lain yang ia geluti adalah ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi. Setelah Soeharto Lengser, peran Amien Rais sangat besar dalam percaturan politik di Indonesia. Tahun 2005 Ia mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai saluran aspirasi politiknya di parlemen. Sampai saat ini PAN masih tetap eksis sebagai salah satu partai besar di Indonesia. Ketika pemilu tahun 1999 Amien Rais merupakan tokoh sentral terhadap pemilihan presiden melalui sidang umum MPR. Ia membentuk poros tengah sehingga memunculkan nama Kh Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai presiden menggantikan Presiden Habibie. Saat itu Amien Rais menduduki jabatan sebagai ketua MPR walaupun perolehan suara partainya kurang dari 10%. Prof Amien Rais sempat maju dalam pemilihan presiden tahun 2004. Namun perolehan suaranya hanya mencapai 15% suara nasional. Kini ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengajar di Universitas.