Selasa, 28 Agustus 2012

Nasionalisme yang Memudar pada Diri Bangsa



 Sebelum saya membahas tentang memudarnya nilai nasionalisme pada diri bangsa, terlebihdahulu saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang nasionalisme itu sendiri. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Semangat nasionalisme ini pun cukup ampuh membakar semangat bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajahan agar bisa bangkit dan bisa menjadi bangsa yang berdaulat dan diakui oleh negara lainnya. Di Indonesia  adanya kebangkitan nasionalisme bisa menyatukan seluruh masyarakat untuk menuju pada satu tujuan bersama yaitu kemerdekaan dari para penjajah. Pada masa itu semangat nasionalisme sangat kuat sehingga tanpa membutuhkan waktu yang lama pada tanggal 17 Agustus 1945 terjadilah Proklamasi Kemerdekasan Republik Indonesia. Dengan semangat persatuan dan kesatuan, nasionalisme dan patrioristik maka kemerdekaan bisa diraih dengan perjuangan keras para pahlawan kita.
Namun seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, telah berkembang pula pola pikir bangsa yang semakin luas. Hal ini memang sangat baik untuk negeri ini yang butuh pembaharuan dalam berbagai sektor untuk memajukan negara kita yang kini seakan akan hanya berjalan perlahan bahkan cenderung diam ditempat.
Namun perlu kita ketahui bersama, seiring berkembangnya pola pikir tiap individu bangsa yang berbeda menyebabkan semakin terkikis rasa nasionalisme yang dulu kita junjung tinggi. Ini bukanlah suatu omong kosong belaka tetapi memang sadar atau tidak kita mulai dipisahkan oleh pikiran-pikiran kita ini yang menyebabkan sifat individualismelah yang lebih menonjol pada diri kita. Contoh sederhana memudarnya rasa nasionalisme pada diri bangsa, seperti :
1.      Pada saat upacara bendera, masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad. Bahkan yang lebih menyedihkan kebanyakan dari mereka merasa bahwa upacara hanyalah sebuah rutinitas belaka yang tak memiliki arti sedikit pun.
2.      Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hanya dimaknai sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka.
3.      Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri.
4.      Lebih menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi atau cenderung mencampurkan bahasa asing dengan bahasa kita untuk meningkatkan gengsi, dan lain-lain.
5.      Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memasang bendera merah putih pada 17 Agustus yang merupakan hari kemerdekaan kita. Dan bagi mereka yang tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain. Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya ratusan bahkan jutaan  tapi mengapa untuk bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?

Jika ditinjau dari sudut pandang, gejala ini mulai terlihat sejak era reformasi karena pada masa orde baru, pemasangan bendera adalah sesuatu yang bersifat wajib. Sejak era reformasi, animo masyarakat untuk turut andil dalam memeriahkan Dirgahayu RI juga berkurang. Pada masa sekarang ini sudah sulit ditemukan perlombaan-perlombaan 17-an. Padahal pada masa orde baru, suasana 17-an telah dirasakan sejak awal Agustus. Perlombaan 17-an merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya baru di negara ini. Melalui kegiatan ini dapat ditanamkan nilai-nilai nasionalisme ke dalam diri generasi muda yang nantinya menjadi penerus bangsa.
Rasa nasionalisme bangsa pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan dan pulau-pulau kecil Indonesiaseperti Sipadan, Ligitan , serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.
Sehingga jika harus ditarik sebuah kesimpulan seharusnya kita sebagai pemuda malu dengan perilaku kita selama ini. Padahal kita merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Jadi, marilah kita perbaiki rasa nasionalisme kita karena semua itu berasal dari diri sendiri dan mulailah gunakan istilah “Respect Your Nation” untuk mengajak para pemuda lainnya agar lebih bisa mencintai tanah air sebagaimana mestinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar