Sebelum saya membahas tentang memudarnya nilai
nasionalisme pada diri bangsa, terlebihdahulu saya akan memberikan sedikit
penjelasan tentang nasionalisme itu sendiri. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat
suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan
cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut
merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Semangat nasionalisme
ini pun cukup ampuh membakar semangat bangsa Indonesia untuk merdeka dari
penjajahan agar bisa bangkit dan bisa menjadi bangsa yang berdaulat dan diakui
oleh negara lainnya. Di Indonesia adanya kebangkitan nasionalisme bisa
menyatukan seluruh masyarakat untuk menuju pada satu tujuan bersama yaitu
kemerdekaan dari para penjajah. Pada masa itu semangat nasionalisme sangat kuat
sehingga tanpa membutuhkan waktu yang lama pada tanggal 17 Agustus 1945
terjadilah Proklamasi Kemerdekasan Republik Indonesia. Dengan semangat
persatuan dan kesatuan, nasionalisme dan patrioristik maka kemerdekaan bisa
diraih dengan perjuangan keras para pahlawan kita.
Namun seiring berkembangnya zaman yang semakin
modern, telah berkembang pula pola pikir bangsa yang semakin luas. Hal ini memang
sangat baik untuk negeri ini yang butuh pembaharuan dalam berbagai sektor untuk
memajukan negara kita yang kini seakan akan hanya berjalan perlahan bahkan
cenderung diam ditempat.
Namun perlu kita ketahui bersama, seiring
berkembangnya pola pikir tiap individu bangsa yang berbeda menyebabkan semakin
terkikis rasa nasionalisme yang dulu kita junjung tinggi. Ini bukanlah suatu
omong kosong belaka tetapi memang sadar atau tidak kita mulai dipisahkan oleh
pikiran-pikiran kita ini yang menyebabkan sifat individualismelah yang lebih
menonjol pada diri kita. Contoh sederhana memudarnya rasa nasionalisme pada
diri bangsa, seperti :
1. Pada saat upacara bendera, masih banyak rakyat
yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk
menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk
mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk
dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad.
Bahkan yang lebih menyedihkan kebanyakan dari mereka merasa bahwa upacara
hanyalah sebuah rutinitas belaka yang tak memiliki arti sedikit pun.
2. Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti
Sumpah Pemuda, hanya dimaknai sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka.
3. Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk
impor dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri.
4. Lebih menggunakan bahasa asing dalam
berkomunikasi atau cenderung mencampurkan bahasa asing dengan bahasa kita untuk
meningkatkan gengsi, dan lain-lain.
5.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memasang bendera merah putih
pada 17 Agustus yang merupakan hari kemerdekaan kita. Dan bagi mereka yang
tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah
sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain.
Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya
ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk bendera merah putih yang
harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?
Jika ditinjau dari sudut pandang, gejala ini
mulai terlihat sejak era reformasi karena pada masa orde baru, pemasangan
bendera adalah sesuatu yang bersifat wajib. Sejak era reformasi, animo
masyarakat untuk turut andil dalam memeriahkan Dirgahayu RI juga berkurang.
Pada masa sekarang ini sudah sulit ditemukan perlombaan-perlombaan 17-an.
Padahal pada masa orde baru, suasana 17-an telah dirasakan sejak awal Agustus.
Perlombaan 17-an merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya
baru di negara ini. Melalui kegiatan ini dapat ditanamkan nilai-nilai
nasionalisme ke dalam diri generasi muda yang nantinya menjadi penerus bangsa.
Rasa nasionalisme bangsa pada saat ini hanya
muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa
kebudayan dan pulau-pulau kecil Indonesiaseperti Sipadan, Ligitan , serta
Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme pun
kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.
Sehingga jika harus ditarik sebuah kesimpulan
seharusnya kita sebagai pemuda malu dengan perilaku kita selama ini. Padahal
kita merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Jadi, marilah
kita perbaiki rasa nasionalisme kita karena semua itu berasal dari diri sendiri
dan mulailah gunakan istilah “Respect Your Nation” untuk mengajak para pemuda
lainnya agar lebih bisa mencintai tanah air sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar